MELESTARIKAN KEBUDAYAAN MELALUI SINDEN
Globalisasi dan arus informasi yang berkembang cepat
saat ini memang tidak dapat dibendung lagi. Globalisasi telah masuk ke berbagai
lini masyarakat salah satunya adalah kebudayaan dan kesenian Indonesia. Tidak
sedikit kebudayaan serta kesenian tradisional yang semakin luntur dan lepas
dari akarnya. Salah satunya adalah Sinden.
Tradisi sinden memang tidak serta merta hilang dimakan
arus globalisasi. Namun keberadaan dan animo masyarakat tidak sebesar pada masa
keemasannya. Sinden atau pesinden merupakan sebutan bagi kaum wanita yang
bernyanyi mengiringi orkresta gamelan. Pada umumnya sinden tampil sendiri
sebagai penyanyi. Namun terkadang juga terdapat beberapa sinden dalam satu
pagelaran. Terutama saat pagelaran besar dilaksanakan.
Sinden pada dasarnya merupakan sebuah kosakata jawa
yakni ‘Pasindhian’ yang berarti kaya akan lagu atau melantunkan lagu. Sesuai
dengan artinya, sinden memang bertugas sebagai pelantun lagu yang mengiringi
pagelaran wayang ataupun pentas klenengan. Keberadaan sinden sangat penting dan
sentral karena mengiringi dan menghibur pada saat pagelaran berlangsung.
Pada sebuah pagelaran, sinden biasanya duduk di
belakang dalang dan tukang gender serta tukang kendang. Jika hanya seorang
diri, biasanya sinden merupakan istri dalang tersebut atau salah satu pengrawit
dalam pagelaran tersebut. Seiring dengan perkembangannya, sinden pun dialihkan
tempatnya menghadap ke penonton tepatnya di sebelah kanan dalang.
Pada masa emasnya, sinden merupakan profesi yang
banyak digemari para wanita. Sinden dianggap bintang panggung karena memiliki
pesona dan daya tarik sendiri. Dahulu, sinden dapat menjadi penentu sukses atau
tidaknya sebuah pagelaran. Sebuah pagelaran yang diiringi sinden cantik dan
bersuara merdu akan menarik banyaknya penonton yang hadir.
Di era modern saat ini, keberadaan sinden memang
semakin bergeser seiring dengan meredupnya pagelaran wayang kulit. Meski
demikian sinden masih menempati posisi tersendiri terutama bagi mereka pecinta
seni pagelaran wayang. Sinden pun tidak hanya sebagai ‘penghias’ karena
posisinya pun kerap disamakan dengan penyanyi. Tidak sedikit juga sinden yang ‘go
internasional’ dengan mengadakan pagelaran di luar negeri.
Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan dan kesenian
Indonesia, sinden memang menjadi daya tarik tersendiri. Keberadaannya yang
sangat sentral dalam sebuah pagelaran menjadi kunci eksistensi sinden yang
masih ada hingga saat ini. Para sinden juga menjadi pewaris kebudayaan dengan
segala atribut yang mengirinya. Tidak hanya sekedar melantunkan lagu, sinden
juga harus mengerti dan memahami tentang akar budaya serta kesenian yang ia
lantunkan. Tidak heran pofesi sinden tidaklah mudah dan penuh tanggung jawab
terhadap kelestarian dan kelangsungan budaya Indonesia.
SUMBER: http://palingindonesia.com/melestarikan-kebudayaan-melalui-sinden/